Belakangan ini sebuah studi di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa jumlah kasus autisme meningkat hingga hampir 52%. Tidak diketahui pasti apa penyebabnya. Tapi banyak ahli mengaitkan jumlah ini dengan semakin tingginya kesadaran orang tua maupun dokter akan gejala autisme yang nampak.
Entah ini kabar baik atau buruk, tapi semakin dini kasus autisme terdiagnosis, semakin baik pula penanganannya. Sebab baik orang tua maupun pengasuh bisa memberikan dukungan sesuai yang mereka butuhkan sehingga mereka juga bisa beradaptasi dengan lebih baik.
Mengenal Autism Spectrum Disorder Lebih Dekat
Sumber: Pexels
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih kita kenal dengan autiseme merupakan gangguan perkembangan saraf. Dimana hal ini bisa mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku.
Yang perlu Parents pahami, autisme bukanlah penyakit melainkan sebuah kondisi dimana penyandangnya memiliki gangguan pada kerja otak. Selain autisme, sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan perkembangan pervasif (PPD-NOS) juga termasuk dalam kategori ASD.
Anak autis sering kali kesulitan untuk memahami orang lain dan mengekspresikan dirinya. Selain itu, mereka juga mungkin memiliki kendala saat belajar karena keterampilan mereka tidak berkembang secara merata.
Contohnya, ada anak autis yang sulit dalam berkomunikasi tapi mereka sangat baik dalam mengingat atau bermain musik.
Kasus Autisme Meningkat Tajam, Apa Penyebabnya?
Menurut riset, 1 dari 30 anak didiagnosis mengalamai gangguan perkembangan (developmental disorder) yang gejalanya dapat dikenali lewat perilaku dan kemampuan kognitifnya.
CDC menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada tes tunggal yang bisa mendiagnosis apakah seseorang berada dalam spektrum autisme atau tidak, mengingat gejala terkait ASD bisa sangat luas. Sehingga skrinning dan diagnosisnya tak semudah itu ditemukan. Itulah alasan kenapa sampai saat ini penyebab autisme belum diketahui secara pasti.
Namun, para ahli mencurigai bahwa kasus-kasus ASD memiliki kaitan dengan gen yang bermutasi secara spontan. Yang jelas autisme tidak disebabkan oleh pola asuh orang tua yang buruk, pemberian vaksin, konsumsi makanan, maupun infeksi menular.
Artikel Terkait: Bahaya Polusi Udara Bagi Janin Bisa Sebabkan Autisme, Ini Penjelasan Dokter
Jumlah Kasus Meningkat, Bisakah Autisme Dicegah?
Sumber: Pexels
Jawabannya adalah tidak. Sampai hari ini tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah autisme.
Oleh karena itu kalau Parents menemukan gejala autisme pada anak, segera konsultasikan dengan dokter. Sebab semakin dini penanganannya, Anda bisa membantu mereka memiliki hidup yang layak. Dengan memberi dukungan sesuai yang mereka butuhkan.
Contohnya dengan menyekolahkan mereka di sekolah berkebutuhan khusus.
Langkah Kuratif Jika Anak Terdiagnosis Autisme
Autisme bukan kondisi yang bisa disembuhkan. Meski begitu, bukan berarti Parents tidak bisa berbuat apa-apa.
Ada banyak penanganan yang bisa membantu anak autis agar dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan potensinya. Untuk mengetahui cara yang tepat Anda perlu konsultasi dengan ahlinya.
Pasalnya tindakan yang diberikan bisa berbeda-beda. Namun umumnya anak autis perlu menjalani terapi
Kondisi autisme tidak dapat disembuhkan. Meski begitu, ada banyak jenis penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu penyandang autisme. Tujuannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara optimal.
Tindakan penanganan yang dilakukan pada tiap penyandang autisme bisa berbeda-beda. Namun, penanganan yang diberikan pada pengidap autisme umumnya berupa terapi.
Berikut adalah beberapa pilihan metode terapi umum untuk pengidap autisme:
1. Terapi Perilaku dan Komunikasi
Jenis terapi bertujuan untuk membantu anak autis dalam mengatasi masalah sosialisasi, bahasa, dan perilaku dengan mengajarkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan. Misalnya:
- Terapi wicara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
- Terapi okupasi untuk mengajarkan keterampilan sehari-hari, seperti berpakaian, makan, dan mandi
- Terapi integrasi sensori bagi anak yang memiliki masalah yang ada kaitannya dengan inderanya
- Analisis perilaku terapan (ABA) untuk meningkatkan perilaku positif dan mencegah perilaku negatif.
2. Terapi Pendidikan
Anak autis yang sulit menerima pelajaran di sekolah mungkin akan disarankan mengikuti terapi ini. Dalam prosesnya, pengajar yang sudah terlatih akan memberikan program pendidikan yang sesuai dengan kondisi anak sehingga mereka bisa lebih mudah memahami dan menerima pembelajaran.
3. Terapi fisik
Sumber: Pexels
Terapi fisik bertujuan untuk membantu anak autis membangun keterampilan motorik sehingga mereka bisa memiliki fisik yang lebih kuat serta kontrol tubuh yang lebih baik. Harapannya mereka bisa bermain dan beraktivitas dengan lebih mudah.
4. Terapi Keluarga
Kalau terapi ini ditujukan untuk orang tua, pengasuh, maupun keluarga penyandang autisme. Hal ini bertujuan agar mereka paham bagaimana cara berinteraksi, mengasuh, dan memberikan pengajaran dengan tepat.
5. Pemberian Obat-obatan
Obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme tapi bisa mengontrol gejalanya. Contoh obat untuk mengatasi gangguan tidur, obat untuk mengatasi kejang, atau antidepresan untuk anak yang mengalami cemas berlebihan.
Parents itulah informasi seputar meningkatnya kasus autisme beberapa tahun terakhir ini. Semoga artikel ini bisa mengedukasi para orang tua tentang isu autisme pada anak.
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.