Peristiwa memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang meninggalkan banyak duka bagi keluarga dan kerabat.
Bukan hanya bagi remaja dan dewasa, namun juga para anak-anak yang namanya tidak akan dilupakan oleh sejarah. Sebanyak 33 anak meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, berikut berita lengkapnya.
8 Anak Perempuan dan 25 Laki-laki Meninggal di Kanjuruhan
Sumber: Instagram/@rudy_koesnoe
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak mencatat 33 anak yang meninggal di Stadion Kanjuruhan terdiri atas 8 perempuan dan 25 anak laki-laki.
Yang termuda adalah usia 4 tahun, dan tertua adalah 17 tahun.
Jumlah tersebut merupakan bagian dari 125 korban meninggal dunia berdasarkan data yang dirilis oleh Polri.
Sedangkan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit masih terus dikonfirmasi. Hal ini akan ditentukan sebagai bahan pelayanan intervensi kepada para kerabat dan keluarga korban.
Artikel Terkait: Ucapan Belasungkawa Dunia Sepakbola Internasional Kepada Stadion Kanjuruhan
Kisah Pilu Suami dan Anak Jadi Korban
Salah satu korban berinisial E harus kehilangan anak dan suami yang meninggal saat peristiwa Kanjuruhan tersebut terjadi.
Dikutip dari Bola, E terpisah dari rombongan saat kistruh mulai terjadi setelah laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
“Suami dan anak saya meninggal, anak saya usia 3,5 tahun,” ujar E.
E menceritakan bahwa suami segera menggandeng anak, namun saat hendak keluar pintu tersebut ditahan dengan alasan harus keluar satu-satu. Sementara atas tribun sudah ditembak gas air mata.
Ia kemudian tiba-tiba dipeluk oleh seorang perempuan yang mengira saudaranya dan diajak ke tribun. E pun terpisah dari suami dan anaknya sambil melihat banyak orang berdesak-desakan.
E menyaksikan sendiri banyak orang yang terjatuh dan terinjak-injak, terlebih adanya gas air mata yang membuat semua orang ingin menyelamatkan nyawa.
“Sangat susah karena gas air mata banyak yang jatuh dan terinjak-injak, sementara pintu keluar hanya muat 2 orang saja.”
Lalu ia juga menjelaskan gas air mata yang ditembakkan ada di lapangan dan tribun timur.
E sangat menyayangkan karena posisi rusuh ada di lapangan, namun gas air mata ditembakkan ke tribun yang dipenuhi bukan hanya laki-laki tapi ada anak-anak dan perempuan.
Psikologis Anak yang Ditinggalkan Juga Amat Terancam
Sumber: Twitter/@alanncahya
Kepala Divisi Pengawasan dan Monitoring Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Jasra Putra mengatakan bahwa tragedi ini akan berdampak pada kejiwaan korban anak.
Dikutip oleh Kompas, Jasra menyebut bahwa peristiwa kehilangan dan terpisah dengan orang tua maupun saudara akan memberikan dampak berat.
KPAI berharap agar semua pihak fokus pada pelayanan korban yang masih hidup juga untuk mencegah ancaman masalah psikologis yang lebih besar.
Apalagi mereka tidak dipersiapkan untuk gas air mata yang umumnya hanya dilakukan saat demonstrasi.
Artikel Terkait: 6 Fakta Tragedi Kanjuruhan Malang, Jumlah Korban Meninggal 125 Orang
Mengusulkan Sebagai Hari Berkabung Nasional
Komisi Perlindungan Anak Indonesia meminta pemerintah agar masyarakat mengingat korban Kanjuruhan yang meninggal termasuk anak dengan mengheningkan cipta selama 3 menit.
Hari ini pun diusulkan menjadi Hari Berkabung Nasional karnea banyak pihak yang ditinggalkan oleh keluarganya saat ini.
***
Baca Juga:
Ungkapan Duka Selebritis Atas Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ada Raffi Ahmad Sampai Lee Min Ho
5 Kisah Tragis Paling Mengerikan di Dunia Sepak Bola, Kanjuruhan Jadi Salah Satunya!
Mengapa Suporter Bola Begitu Fanatik? Begini Penjelasan Ahli
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.